Siklus kehidupan manusia selalu melewati apa yang dinamakan siklus kehidupan. Secara umum siklus itu akan terjadi sebagai berikut:
Lahir → Balita → Anak-anak → Remaja → Dewasa → Berkeluarga → Lanjut Usia → Meninggal Dunia
Siklus itu nampaknya sederhana dan singkat. Namun pada kenyataannya tidak demikian. Setiap tahapan dalam siklus kehidupan manusia selalu membawa konsekuensi, paling tidak konsekuensi psikologis dan finansial.
Konsekuensi psikologis salah satunya adalah hal-hal yang terkait dengan perkembangan mental. Seorang yang baru lahir hingga masa remaja, secara alami memiliki ketergantungan terhadap orang lain, dalam hal ini orang tua. Ketergantungan itu mulai dari sangat tinggi dan semakin lama semakin berkurang ketika orang menikah dan berkeluarga. Namun kemudian menjelang usia tua, ketergantungan itu bertambah lagi hingga seorang tutup usia. Ketergantungan psikologis ini berbanding terbalik dengan kurva kesehatan seseorang.
Secara umum, anak yang baru lahir sangat rentan terhadap penyakit, namun semakin menginjak dewasa ketahana tubuhnya semakin kuat. Kondisi kesehatan akan mencapai puncaknya disaat seseorang mencapai usia produktif, yang rentangnya biasa antara 25-45 tahun. setelah itu, dengan semakin bertambahnya usia, setiap orang akan mengalami degenerasi atau penuaan yang berakibat langsung pada penurunan kesehatannya.
Berbeda dengan konsekuensi psikologis, konsekuensi finansial adalah hal yang paling melekat pada kehidupan manusia. Ada dua terkait konsekuensi finansial yaitu pengeluaran dan pendapatan.
Sejak lahir kita sudah mempunyai pengeluaran untukhidup yang tentunya tidak dibayar sendiri melainkan beban orang tua kita. Dalam perjalanan selanjutnya pengeluaran itu semakin besar seiring bertambahnya usia dan akan menurun drastis ketika orang mencapai usia pensiun. Hubungan antara bertambahnya usia dan pengeluaran ini dinamakan kurva pengeluaran.
Sedangkan kurva pendapatan yang mencerminkan hubungan antara pendapatan seseorang dengan usianya tidak selalu berjalan seiring dengan kurva pengeluarannya. Seorang anak yang baru lahir hampir tidak mungkin memiliki kurva pendapatan diatas kurva pengeluaran ( kecuali dalam kasus tertentu mendapatkan warisan, royalti dan sebagainya). Idealnya setelah seseorang mencapai usia produktif, kurva pendapatan harus selalu berada diatas kurva pengeluaran sehingga dia memiliki keuangan yang cukup untuk membiayai kehidupannya termsuk mempersiapkan tabungan untuk masa tua ketika sudah tidak produktif lagi.
Namun demikian, kondisi ideal seperti itu pun tidak selalu terjadi. Anggaplah seseorang mempunyai peperjaan dan karir yang bagus sehingga memperoleh pendapatan yang bisa memenuhi seluruh biaya hidupnya. Namun bagaimana seandainya tiba-tiba terjadi hal yang tidak direncanakan? Seperti sakit kritis, kecelakaan, cacat tetap hingga meninggal dunia. Bagaimana dengan kelangsungan pendapatannya? Bagaimana dengan kelangsungan orang-orang yang hidup bergantung padanya? Bagaimana kalau yang kita tinggalkan bukan warisan melainkan hutang? Disinilah peran asuransi jiwa
Asuransi jiwa tidak menyembuhkan orang yang sakit. Asuransi jiwa tidak menghidarkan orang dari kecelakaan. Asuransi jiwa tidak mengembalikan nyawa orang yang meninggal dunia. Asuransi jiwa adalah perlindungan untuk orang-orang yang kita kasihi, agar tidak mendapatkan beban yang jauh melampaui dari apa yang mereka bisa tanggung. Asuransi jiwa juga bisa menjadi pilar penopang sementara bagi seorang ibu rumah tangga yang ditinggal suaminya, hingga bisa mendapatkan pekerjaan yang bisa membiayai diri dan anak-anaknya.
Asuransi jiwa adalah produk keuangan yang memiliki misi sangat mulia